Pengungsi Sinabung dan Pilpres

Marhaban Ya Ramadhan; Sebuah Masjid yang runtuh di lereng Sinabung. Juni 2014
Marhaban Ya Ramadhan; Sebuah Masjid yang runtuh di lereng Sinabung. Juni 2014

Setelah tiga hari safari keliling ke beberapa kota untuk menjadi relawan Jokowi. Semalam aku tiba di rumah hampir tengah malam. Di perjalanan, aku membaca beberapa berita tentang gunung Sinabung di Tanah Karo, Sumatra Utara, kembali mengalami erupsi dengan luncuran material dan awan panas. Ingatanku kembali ke Tanah Karo, di mana 4 bulan lalu aku pergi ke sana untuk membantu teman-teman relawan (bukan relawan capres) Karang Taruna Tanah Karo dalam mendampingi ribuan pengungsi melalui dana yang kami kumpulkan dalam konser amal #GugurGunung (Jogja) dan #HeartofSinabung (Bali). Selalu ada persahabatan yang tak akan lekang dimakan waktu setelah kerja-kerja kemanusiaan demikian. Maka, sesampainya di rumah, hal pertama yang aku lakukan adalah mencoba menelpon teman-teman relawan di Tanah Karo untuk mendapatkan detail erupsi, kabar, dan kemungkinan yang bisa aku lakukan. Tapi telponku tidak diangkat, mungkin karena mereka sedang sibuk-sibuknya membantu pengungsi.

Paginya, setalah bangun pukul 05:30, aku kembali mencoba telpon. Bakat Setiawan, pemuda asal Boyolali dan telah 10 bulan menjadi relawan di Sinabung, mengangkat telponku dan bercerita. Benar terjadi erupsi dan beberapa penduduk desa harus diungsikan dan tadi malam mereka terlibat mengawal proses pengungsian tersebut. Namun cerita yang lebih memprihatinkan adalah, setelah hampir setahun erupsi Sinabung, ribuan pengungsi masih belum mendapatkan kepastian, utamanya tentang relokasi karena desanya telah hancur terkubur oleh material vulkanik. Beberapa barak pengungsian kini malah dalam proses pembubaran dan pengungsi mendapat pesangon 2 s/d 3 juta rupiah dan pemerintah melepaskan diri tanggungjawab untuk kehidupan mereka. Terlebih sawah dan ladang mereka tetap belum bisa digarap. Akibatnya kemudian, mereka tidak menentu hidupnya, banyak pengungsi yang kemudian mendirikan tenda-tenda mandiri sebagai rumah tinggal di tepi-tepi jalan.

Di Sinabung, yang mayoritas beragama kristen, kami bekerja tanpa memandang agama atau pilihan presiden. Foto di atas diambil oleh teman relawan kristen, sebuah gambaran empati yang luar biasa karena ketika bulan suci ramadhan tiba, masjid yang 10 bulan lalu roboh masih tetap dalam kondisi hancur. Mereka tetap membantu penyelenggaraan ibadah puasa terutama lokasi tarawih untuk para pengungsi muslim. Sebuah contoh praktik nilai-nilai bhineka tunggal ika yang diajarkan oleh rakyat kecil di tengah lautan fitnah yang disebar oleh elite-elite politik dalam kampanye capres 2014 ini, dimana hal itu telah memecah belah dan mencederai persaudaraan bangsa.

Kondisi mereka sangat ironis jika dibandingkan dengan biaya kampanye dan uang trilyunan rupiah yang disebar di Pilpres 2014, saat ini jabatan dan kekuasaan memang lebih penting dari kemanusiaan. Saya kembali membuka rekening pribadi saya agar kembali bisa membantu saudara-saudara kita di Sinabung.

Merah Putih di Puncak Sinabung
Merah Putih di Puncak Sinabung, Maret 2014

Bantu kami Bantu Mereka; BCA KCU 0372216881 a/n Moh Marjuki – MANDIRI 900-00-1421586-8 a/n Moh Marjuki – Konfirmasi tranfes via mrzooki@yahoo.com, atau mention via twitter @killthedj

Prambanan, 30 Juni 2014

Marzuki Mohamad a.k.a Kill the DJ

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s