Berselancar Bersama Zaman

 

berselancar bersama zaman

Anak muda dengan fashion hip hop, naik motor matic sambil kepalanya manggut-manggut menikmati musik old skool via ear phone, sesekali mulutnya menggumam kecil f*ck the police. Tapi begitu kena razia kendaraan bermotor, mendadak berubah jadi culun dan nyogok pak polisi karena tidak punya SIM atau STNK.

Begitulah gambaran hip hop di Indonesia secara umum, terjebak pada fashion namun minim pembuktian. Bukan berarti tidak ada, tapi masih sangat kurang. Diskusi-diskusi di forum internet paling tidak masih menggambarkan hal itu. Hip hop harus begini harus begitu. Tidak boleh begini tidak boleh begitu. Meskipun perdebatan ideologi selalu penting, tapi buat saya tidak perlu sampai menghakimi.

Sebagaimana genre lain, hip hop berkembang seiring zaman dan bersinggungan dengan disiplin lainnya. Sementara Lil Wayne sudah bekerja bareng Diplo, kita masih terjebak pada perdebatan halal dan haram. Tentu setiap orang punya pilihan dan itu hak masing-masing, boleh selamanya old skool dan memuja real hip hop, boleh juga berlanggam keroncong atau goyang dangdut. Tapi percayalah, yang menentukan hidup dan matinya hip hop bukan kita. Hip hop tidak perlu dibela.

Sayang, dalam sejarahnya di Indonesia, sesungguhnya banyak praktisi hip hop yang hanya cukup puas berkutat di komunitasnya saja, sangat elitis dan sombong, namun kurang pede untuk keluar dari lingkarannya untuk menantang dunia yang lebih luas. Itu bukan masalah musik bagus, tapi mentalitas dan cara pandang. Hasilnyaya gitu-gitu saja. Panas di dalam komunitasnya tapi dunia sebenarnya tidak tahu bahwa mereka ada.

Sebagaimana sering saya sampaikan, musik bagus saja tidak cukup. Berhentilah mengadili pasar yang tidak paham akan musikmu, berhenti mengadili industri yang ogah-ogahan melirik musikmu. Ganti dengan kerja keras, ciptakan pasarmu sendiri, ciptakan industrimu sendiri, bernafas panjang dan konsisten. Kalau musikmu masih belum didengar banyak orang, berarti kamu masih kurang bekerja keras. Itu saja.

Zaman berkembang, kehadiran internet mengubah paradigma industri musik, sekarang ini seorang musisi lebih mudah secara independen menyebarkan karyanya. Peradaban itu dinamis, tidak statis, begitu juga hip hop. Kita semua hanya punya pilihan: lentur atau meratap. Berselancar bersama zaman dengan riang gembira, atau terpajang di museum bersama kapak batu. Tentu ini bukan berarti sejarah tidak penting.

Akhir tahun lalu saya berkesempatan menyaksikan rapper-rapper dari 34 provinsi di Indonesia dengan gaya masing-masing yang unik. Sangat potensial dan cerah. Saya dibuat percaya bahwa generasi baru hip hop Indonesia itu ada dan lebih rileks mewakili semangat zamannya. Mereka akan muncul dan menulis sejarahnya dengan caranya sendiri tanpa terbebani doktrin-doktrin para sesepuh.

Prambanan, 2 Januari 2016

Marzuki “Kill the DJ” Mohamad

Leave a comment