Hidup itu Harus, Mati itu Pasti !!!

.IMG_1077

Aku menulis lirik untuk soundtrack AADC2, yang sebentar lagi track tersebut akan self-release dan bisa kalian unduh bebas, seperti ini:

seconds, minutes, hours, to a day / born to life, getting old, die anyway / time never stop, the past always locked / face it bravely, be crazy, be happy, be hungry / right here, right know, coz what will happen tomorrow we never know / let it flow, let it grow

Di verse sebelumnya ada paragraf bahasa Jawa yang lebih panjang dan aku merasa energetic karena menggunakan bahasa ibu ku tidak seperti verse Inggris-ku yang berlogat Klaten itu, berikut petikannya:

saiki, neng kene, ngene, dilakoni / semeleh kudhu gelem lan nggelemi (sekarang, di sini, begini, dijalani / pasrah, harus mau, dan mau melakukannya

Teman-teman, hari ini aku menulis blog ini tepat di hari di mana aku genap berusia 40 tahun. Kata orang “life begins at forty” dan sesungguhnya aku masih bingung dengan konsepsi itu. Tapi seberapa pun besar usaha kita untuk menolak menjadi tua, umur kita akan selalu bertambah dan menjadi tua adalah keniscayaan yang tak bisa dihindari. Yang selalu aku harapkan adalah bahwa aku tidak akan pernah takut menjadi tua, aku hanya takut menjadi mlempem dan tidak bersemangat, takut menjadi mapan dan tidak mau lagi mencoba hal-hal baru, terutama dalam berkreatifitas untuk mewujudkan karya demi karya sesuai dengan passion-ku.

IMG_4106
foto ketika kami tidur di barak pengungsian

Ngomong-ngomong tentang ulang tahun, sebetulnya aku bingung, sebab aku tidak memiliki tradisi perayaan ulang tahun, bapak-ibuku yang Jawa-Islam tidak pernah merayakan ulang tahunku sama sekali, mungkin karena keluarga kami miskin dan menganggap ulang tahun tidak penting untuk dirayakan. Aku tidak pernah menyesal atau pun kecewa karena keluargaku tidak pernah merayakan ulang tahunku. Barangkali benar adanya bahwa perayaan ulang tahun itu memang tidak penting, toh itu hanya membuat kita tersadar bahwa kita semakin bertambah tua dan cepat atau lambat akan mati.

Aku mulai merasakan perayaan ulang tahun sejak memiliki pacar sungguhan, tepatnya ketika kelas 1 SMU, sebelumnya aku tidak peduli sama sekali dengan hari ulang tahunku. Setelahnya, semua perayaan ulang tahunku terjadi karena pacar demi pacar. Tidak ada yang perlu diperbandingkan karena semuanya sangat berkesan, sebab cinta tidak pernah salah dan bohong, semua pacarku baik. Setelah itu aku baru bisa merasakan makna perayaan ulang tahun, yaitu hanya bertambah tua dan semakin tidak berguna untuk digantikan dengan generasi yang lebih muda lagi brilian :-p

Ijinkan aku sedikit bercerita perayaan ulang tahun dua tahun lalu (2014), waktu itu aku merayakan ulang tahun bersama ribuan pengungsi eruspi Gunung Kelud di barak pengungsian Kota Batu. Sungguh, aku tidak peduli bahwa bapaknya pacaraku, Eddy Rumpoko dengan nama besarnya tidak lain adalah walikota Batu, waktu itu aku hanya peduli kepada nasib ribuan pengungsi, kemudian ketika pacarku Ganis Rumpoko menanyakan kepadaku tentang perayaan ulang tahun, aku menjawabnya dengan sederhana; tidak ada perayaan ulang tahun yang lebih hebat dari pada kita berguna bagi sesama manusia, mari kita rayakan dengan melayani para pengungsi.

SONY DSC
Foto ketika aku mengajak anak-anak pengungsi Kelud menggambar. Asalkan jujur dan tanpa pretensi semua gambar adalah bagus buatku.

Waktu itu aku meminta Ganis untuk membeli puluhan seperangkat buku dan alat gambar, kemudian kami mengajak anak-anak menggambar bersama, gambar yang bercerita tentang segala hal tentang diri mereka, bukan tentang diriku yang sedang ulang tahun. Kemudian gambar-gambar itu kami pamerkan di posko pengungsian agar semua pengungsi dan pengunjung melihat, dengan harapan mereka paham persepsi anak-anak yang sangat jujur menyikapi bencana. Aku selalu berharap kelak bisa menceritakan semua persepsi jujur anak-anak tentang bencana dalam sebuah buku. Hingga saat ini aku masih menyimpan gambar-gambar itu, sebagaimana aku menyimpan rapi semua dokumen dari Tsunami Aceh, Gempa Jogja, Erupsi Merapi, Sinabung, dll.

Sebagai orang yang sedari kecil dididik dengan ajaran Islam, ternyata saat ini aku tidak mau ambil pusing tentang kebenaran menurut agama –bahkan mungkin hingga orientasi seksual. Terserah masing-masing, yang paling penting kita bisa berguna bagi sesama. Aku tidak peduli kepada konsep surga dan neraka, sebagaimana Budha yang kamanungsan, aku hanya bisa selalu berharap semoga semua makhluk berbahagia, termasuk diriku sendiri dan semua mantan pacarku tentu saja :-p

Hidup itu harus, mati itu pasti !!!

Prambanan, 21 Februari 2016

Kill the DJ

5 thoughts on “Hidup itu Harus, Mati itu Pasti !!!”

Leave a comment